Wrestling : I Love This Game!!!


Di saat orang-orang sebaya gue menggilai sepakbola dan menjadikan orang-orang seperti Beckham, Ronaldo, atau Zidane sebagai idola mereka, gue malah gak gitu berselera dengan bola, meskipun itu Piala Dunia sekalipun. Di saat banyak teman-teman gue menggilai basket NBA dan mengidolakan Kobe Bryant, Yao Ming, dan McGrady, gue malah gak pernah nonton basket full game, hanya suka potongan-potongannya saja. Di saat gue berkenalan dengan wrestling, barulah gue bisa berkata, `I Love This Game`.

Perkenalan gue dengan wrestling terjadi sejak gue masih SMP. Saat itu wCw klasik ditayangkan di antv. Tokoh-tokoh seperti Nature Boy Ric Flair, Mean Gene Okerlund, dan Sting (masih dalam cat muka lamanya, sebelum beralih ke model The Crow) benar-benar mempesona gue. Selanjutnya acaranya pindah ke Indosiar yang menyiarkan Thunder waktu itu. Waktu itu adalah zaman keemasan wrestling dimana terjadi persaingan rating sengit antara Eric Bischoff di wCw milik Ted Turner dengan Vince McMahon di WWF dengan sedikit gangguan dari ECW besutan Heyman yang mulai menanjak. Waktu itu Eric Bischoff datang dengan ide gilanya dengan membuat stable (gank dalam wrestling) besar-besaran dengan skenario wCw Vs nWo. Sting (udah make-up model The Crow dengan pentungan Baseballnya), Lex Luger, dan The Giant (kemudian lebih dikenal dengan nama Big Show) menjadi pembela wCw yang utama, berhadapan dengan nWo yang digawangi Hollywood Hogan (dimana Hulk Hogan bermain brilian sebagai heel), Kevin Nash (dulunya Diesel), dan Scott Hall (dulunya Razor Ramon). Dalam masa itu wCw sedang dalam jaya-jayanya karena pemain-pemain cruiserweight brilian seperti Rey Mysterio, Juventud Gurerro, Eddie Gurerro, Chris Jericho, dan Dean Malenko. Belum lagi naiknya pamor Chris Benoit, Diamond Dallas Page, dan terutama Bill Goldberg membuat wCw klasik adalah salah satu show terbaik yang pernah gue lihat.

Lepas dari Indosiar, RCTI mulai menayangkan WWF (kemudian WWE) Smackdown. Situasi di dunia wrestling telah berubah semenjak WWE membeli dan menguasai wCw dan ECW, sehingga monopoli dunia wrestling dipegang sepenuhnya oleh keluarga McMahon. WWE telah memenangkan pertarungan akibat dipecatnya Bischoff dari wCw, dan menanjaknya era Attitude yang dikomandoi oleh Stone Cold Steve Austin, The Rock, dan Heartbreak Kid Shawn Michaels. Namun gue kurang menikmati era Smackdown di RCTI karena banyaknya ocehan dari host Edwin-Jodi serta pertandingan-pertandingan yang dipotong dan disensor sana-sini. Gue beruntung ada perusahaan Home Video yang mau memproduksi acara-acara PPV dalam bentuk VCD yang banyak gue koleksi di rumah. Selama masa ini, gue juga aktif di forum asing yang membahas wrestling, LOPforums.Com . Gue akhirnya well-informed dan tahu hampir semuanya tentang wrestling.

Akhirnya gue denger wrestling ditampilkan lagi di Lativi, sayang siarannya tidak dapat ditangkap di daerah gue sini. Baru saja gue berencana berlangganan sebuah tv satelit agar bisa menyaksikan Lativi, munculah kasus kematian seorang anak yang katanya seh korban kekerasan akibat menirukan Smackdown. Akibatnya banyak reaksi keras, sehingga pemerintah melarang penayangan acara ini. Sedih banget hati gue, ketika acara kesukaan gue di cap sebagai acara berbahaya dan tidak layak ditonton. Mereka yang membuat kebijakan umumnya know nothing about wrestling. Mereka mengambil keputusan tanpa mempelajari seluk-beluk wrestling sama sekali.

Tayangan wrestling merupan sebuah Sport Entertainment, begitu biasa dikatakan Vince McMahon. Dahulu masih ada kode kayfabe, dimana penonton tidak diberitahu bahwa apa yang mereka lihat adalah rekayasa. Namun, era kayfabe sudah berlalu, sehingga semua orang tahu bahwa wrestling adalah sebuah pertunjukan rekayasa. Oleh sebab itu, bagi gue wrestling tidaklah berbeda dengan menonton sirkus atau pertujukan sulap. Sebagaimana dalam sirkus, ada gerakan-gerakan akrobatik berbahaya, demikian juga dalam wrestling. Para pegulat adalah orang-orang terlatih yang jika membuat kesalahan bisa saja terluka parah bahkan meninggal dunia. Namun semua penonton sirkus dan penonton wrestling yang ngerti tahu bahwa gerakan-gerakan tersebut cuma buat ditonton dan bukan untuk ditiru. Sama dengan sulap, ada banyak trik-trik yang dilakukan seorang wrestler di atas ring yang kelihatan seperti sungguhan. Caranya bagaimana? ya rahasia perusahaan. Toh, semua dilakukan for the sake of the show. Oleh karena itu, jika orang tua tidak keberatan anaknya menonton sirkus atau sulap, kenapa tidak dengan wrestling. Toh nonton wrestling sama saja dengan nonton film laga (sama-sama scripted dan direkayasa) cuma ada kenikmatan lebih karena tampil live, sama seperti perbandingan nonton sinetron dengan teater. Di film laga dan sinetron bisa dilakukan pengambilan adegan berkali-kali tapi tidak dengan wrestling dan teater.

Produksi sebuah acara wrestling tidaklah semudah yang kita kira. Harus ada storyline yang bagus sehingga penonton bisa tertarik. Tidak seperti di film, cast wrestling ya orang-orang itu saja karena gak semua orang bisa menjadi wrestler jika belum terlatih. Oleh karena itu seorang wrestler amat tergantung pada gimmick atau karakterisasi. Dalam storyline misalnya Undertaker itu kakak-adik dengan Kane, padahal di kehidupan nyata tidak. Seorang wrestler bisa mengalami pergantian gimmick seiring dengan berjalannya waktu dengan menjadi babyface atau tokoh baik dan juga heel atau tokoh jahat. Selain itu angle atau konflik terbatas juga memerankan peranan penting. Seorang pegulat akan memiliki musuh tetap untuk beberapa periode yang biasanya mengarah pada pertandingan besar di Pay-Per-View (PPV) sebelum berganti musuh lainnya. Terkadang seorang pegulat bergabung dalam sebuah stable dengan membentuk sebuah gank bersama pegulat-pegulat lainnya. Stable klasik yang sering dimainkan antara lain The Four Horsemen, New World Order (nWo), D-Gen X, dan The Clique.

Banyak hal positif yang bisa kita dapatkan dari menonton wrestling selain tentu saja entertainment. Gue sendiri banyak belajar dari wrestling show untuk membuat strategi gue ngajar sebagai seorang guru. Gue sadar seorang gue butuh sebuah gimmick yang gue perankan dalam peran gue sebagai guru. Gue juga membuat storyline yang diikuti oleh semua murid gue, sehingga murid mendapatkan hiburan dalam kelas. Gue juga sadar unpredictability adalah cara terbaik untuk membuat murid tetap tertarik pada pelajaran. Gue belajar itu dari banyak-banyak menonton siaran wrestling. Gue menjadi salah satu guru favorit di tempat gue kerja ini juga gara-gara wrestling. Gue memperlakukan setiap kelas gue sebagai suatu show. Apa jadinya kalau gue gak pernah nonton wrestling sama sekali.

Wrestling tidak selalu asosiatif dengan kekerasan. Gue sebagai penggemar beratnya saja tidak pernah memukul orang lain apalagi tergoda untuk melakukan kekerasan. Oleh karena itu yang patut disalahkan pada kasus kekerasan anak yang terjadi belakangan ini bukanlah acaranya, tapi orangtua anak yang bersangkutan yang menolak mendampingi saat anak menonton tv dan memberi penjelasan agar tidak meniru gerakan-gerakan para profesional ring. Ini sama saja dengan kasus pemerkosaan yang dikait-kaitkan dengan goyang ngebornya Inul Daratista, gak ngambung lagi. Semoga saja ada orang di government yang tercelik matanya setelah membaca postingan gue ini. Seperti kata (King) Booker T, `Can you dig that, Sucka?`

Comments

Anonymous said…
Wah kamu ternyata penggemar Smack Down ya...
13vyl said…
abrakadraba bilsalabim hehehe

tadi jed abis jampi2 apa neh di blog gw lolz

met kenal ya.

mcmahon dulu berjaya ya, ampe si stephanie ama anak cowonya (sapa ya namanya lupa) and bininya ikut ngeramein wwf hehehe.

true, wrestling = man's soap opera. kita cewe ada sex n the city ama desp housewives, cowo2 ada wwf =DD

skrg masi serink ntn ga jed? gw ntnnya dulu2 pas jaman undertaker masuk ring masih bawa2 peti mati hehehehe
Meechan said…
jed tengkiuuuuuuuuuuuu so much buat komennya
it blessed me alot!
(bener gak inggrisnya?)
heuheuhe


oyah, kalo ini hari mencuri sedunia
aku mau mencuri ini dr jed:
kemampuan bahasa inggris yang baik dan bener
dan kemampuan utk menggunakan logika dan otak (have to admitt kalo ngomong soal logika, aku lemot banget)
heuheuheuheuheue

itulah mengapa aku belajar desain
no maths, no physic, no chemist, no biology
it's only drawing
vino said…
yup, namanya juga anak-anak.
yg gede2 makanya musti care...
Anonymous said…
lagi2... kurangnya pengertian. kapan bisa menjadi bangsa yang cerdas?
Anonymous said…
Wah... pro wrestling yach.... :D
irene said…
mmmmmmmmmmm interesting posting! Ngga pernah ngeliat posting dari perspective itu loh.. thanks for sharing..
Fida Abbott said…
Ha,ha,..aku masih inget nih waktu first time ngelihat WWF, ngueriii banget. Meski udah dikasih tahu kalau itu cuman tipuan doank, tapi yg namanya hati ini ya masih nggak bisa nerima kalau itu nggak beneran. Wah pinter ya tipuannya.

By the way, thanks for your visit at my Blog. But you forgot to change the name. It made me little confused, "when I wrote this?" and when I click the name, it was You, Jed. Hua,ha,....!!!(bercanda ah!!)
William said…
waah, dah lama ga mampir, blog mu udah tambah rame jed. good good.

keep posting ya.

kalo aku mo curi apa yaaa ?? ngga deh ngga curi2 ... ga ada abis nya kalo curi barang/skill dari orang laen.
Anonymous said…
Hi Jed, thanks ya udah maen ke blog saya. Gimana yah, aku sendiri sebenernya pro dengan dihapusinnya wrestling dari tv lokal si... Toh yang punya tv kabel masi bisa nonton, dan ada sistem lock buat anak2nya kan.

Di skul mg di greja ku juga, anak2nya suka maen smack down2an, bahkan bukan cuma ama ama temen2nya doang tapi ama baby sitternya. Kita semua ngeliat itu hal yang lucu (tadinya). Ampe ada kejadian yang meninggal itu. Siapa yang nyangka si bisa keik gitu.

Well, klo di tv2 show suka dibilang "Kids, do NOT try this at home." Then they do really mean it!
Anonymous said…
Eehh.. ada nama Chris Jericho disebut2, huehehe.. jadi bring back the memories dhe aww :P
weitss... jangan-jangan kamu kekerasan dalam rumah tangga yah jed? wakkakakakka sukanya yang serem2 gitu... waakkakak