Belakangan ini gue gemar mengamati attitude dari murid-murid gue. FYI, kebanyakan murid gue adalah anak-anak Junior High dan Senior High. Gue amati interaksi antar sesama jenis dan dengan lawan jenis. Beberapa hal yang gue pelajari membuat gue berharap kalau saja gue bisa mengulang waktu dan kembali ke masa pubersitas gue dengan pemahaman yang gue punya saat ini. Kalau gue bisa menghitung mundur waktu ada beberapa hal yang gue pengen ubah dari perilaku gue waktu itu.
Pertama, gue mao jadi orang yang lebih sociable karena hidup memang berbicara masalah sosialisasi. Gue selama ini terjerat dalam fear of rejection sehingga gue cenderung menjadi pribadi yang tertutup dan dingin. Gue rasa orang yang dingin tidak akan mendapat apa-apa dari kehidupan ini. Ketika gue mengamati murid-murid gue, gue melihat beberapa anak memang nyaman dalam kerumunan sedang yang lain sibuk dengan diri dia sendiri. Orang yang takut penolakan umumnya mengambil 2 sikap, entah dia menjadi pribadi tertutup yang tidak gaul atau dia menjadi bunglon yang mengikuti apa saja yang diingini kelompoknya. Dua-duanya adalah masalah kronis yang semestinya dihindari. Menjadi sociable dimulai dengan kita feel good about ourselves. Ketika kita menerima diri kita sendiri apa adanya maka kita akan juga sanggup menerima diri orang lain apa adanya.
Gue dulu adalah pribadi yang tertutup. Gue lebih memilih bersahabat dengan sedikit orang dibanding bersahabat dengan banyak orang. A big mistake. Baca lagi: a big mistake. Gue perhatikan sekarang bahwa orang-orang yang sukses adalah mereka yang tidak takut dengan hubungan. Mereka tidak takut ditolak atau diterima. Mereka tahu bahwa mereka itu baik tidak peduli apa kata orang tentang diri mereka. Kalau gue bisa mengulang masa lalu, maka gue akan membuka diri dengan bersahabat dengan banyak orang, baik yang bisa nerima gue atau yang tidak bisa nerima gue sama sekali.
Gue perhatikan dari murid-murid gue yang sudah mulai berpacaran dari usia muda, ada satu hal yang common. Bukan masalah tampang atau status mereka, tapi lebih kepada keberanian. Sementara anak-anak lain masih takut dengan lawan jenis, mereka tidak mengganggap ada perbedaan antara bersahabat dengan sesama jenis atau dengan lawan jenis. Mereka yang comfortable diantara lawan jenis yang menarik biasanya yang akan mendapat si ganteng/cantik sebagai kekasihnya despite the fact that banyak anak lain yang lebih berkualitas dari segi looks, brains, or anything. Masalahnya ada di keberanian untuk mengenal dan dikenal.
Kalau gue bisa mengulang waktu, maka gue akan menghilangkan takut gue akan lawan jenis dari usia dini. Minder adalah benar-benar penyakit yang mematikan. Minder tidak membawa manfaat apa-apa bagi kehidupan kita sama sekali, selain merusak diri kita. Jika kita bisa percaya diri tanpa menjadi angkuh maka kita bisa mendapatkan semua orang membuka jalan bagi kita.
Yang terakhir, gue belajar bahwa tidak ada gunanya menjadi negatif. Mereka yang negatif akan selalu melihat dunia melawan mereka. Be positive maka seluruh dunia akan menjadi sahabat kita. Sayangnya baru detik ini gue menyadari akan hal ini. Kalau saja gue bisa mengulang waktu, maka gue akan ada di kondisi yang berbeda sekarang.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda.
Comments
g suka iri liatin abg yg belia, ceria, pede & dewasa (paling ngga tampaknya). dimana dulu pas seumur mrk.. g pemalu, gloomy, ga stabil, idealis.. freak..
wish i could turn back time..
tp emang proses sih.. tiap org punya jalannya masing2.
nice writing :)
Waahhh....
Salam kenal yaa, mampir ke sini dr blognya Fida and Upar :)
Ciaoo..
Thanks yah Jed:D
Post a Comment