Sudah berulang kali gue denger kata ini, "Elo sombong banget."
Beberapa temen gue menyampaikan ke gue kalau banyak orang yang terintimidasi dengan gue. Bagi gue tidak masalah seseorang membanggakan kelebihan dia. Misal seorang model yang membanggakan kecantikan dirinya. Selama hal itu memang kenyataan, mengapa kita harus risih jikalau orang tersebut membanggakannya. Gue baru menilai seseorang sombong jika dia membanggakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Orang yang paling sombong menurut gue justru adalah orang yang tidak mau dipuji atas kelebihannya. Mereka berkata, "Ah, kamu melebih-lebihkan." Wah sombong banget! Udah segitu aja masih kurang....
Bagi banyak orang gue dinilai terlalu congkak membanggakan kelebihan gue. Kesan yang pertama kali diingat orang tentang gue ialah bahwa gue orang yang pintar dan sombong. Kemampuan Bahasa Inggris gue yang baik serta kekritisan gue sering membuat orang salut dengan gue. Padahal gue tidak sepenuhnya sombong dalam hal tersebut, karena gue merasa masih banyak orang di lingkungan gue yang lebih bagus dalam Bahasa Inggris dan lebih pintar.
Mungkin saja kecenderungan gue untuk menonjolkan kelebihan gue ialah karena gue punya masalah yang cukup berat dalam self-worth. Gue aselinya adalah orang yang minder dan tidak pede dengan diri gue sendiri. Gue sangat tidak pede dalam hal penampilan karena gue merasa tampang gue tidak menjual untuk bisa membuat cewe-cewe gemes. Gue sangat tidak pede dalam hal ekonomi karena lahir dari keluarga miskin dan sekarang ekonomi gue pun masih di level menengah. Gue sangat tidak pede karena gue gak punya skill yang pengen sekali gue punya, seperti menyanyi, main musik, olahraga, dan gambar. Gue jelek sekali di bidang-bidang tersebut.
Kadang gue merasa sedih karena gue bukan tipe cowo yang dikejar-kejar sama cewe. Memang gue pintar, tapi kapan terakhir kali gue denger ada cewe yang jatuh cinta karena si cowo pintar. Memang gue pinter nulis artikel dan puisi, tapi semua cewe yang pernah gue kasih puisi malah semakin menjauh bukan mendekat. Memang gue bagus di public speaking tapi gue kurang baik dalam person-to-person talk. Gue merasa gue kurang beruntung karena gue berharap sekali bisa dilahirkan di keluarga kaya dengan wajah tampan, bakat musik, dan suara bagus. Dengan modal itu gue bisa dapat pacar cantik dengan mudah. Dengan modal yang gue punya, gue seringkali cuma bisa berharap dapat pacar cantik pintar (biasanya kalo cantik kurang pintar, kalo kepinteran kurang cantik) karena gue udah minder duluan.
Kecenderungan gue untuk menonjolkan kelebihan gue ialah agar gue bisa mendapat pengakuan dari orang lain kalau memang kehadiran gue dikehendaki. Seumur hidup, gue sudah berjuang mati-matian melawan setan penolakan. Gue sadar beberapa hal yang gue tidak suka seperti tampang, keluarga, dan bakat memang tidak bisa berubah. Gue mesti menaruh nilai self-worth gue disuatu tempat yang aman agar gue bisa percaya diri tanpa perlu merendahkan orang lain. Gambar diri yang sehat. Itu yang ingin gue miliki sekarang.
Seseorang di Perjanjian Baru ternyata punya masalah yang sama dengan gue. Semua orang yang perfeksionis memang disebabkan kerinduan akan pengakuan di lingkungan yang terlalu menuntut. Nama orang itu adalah St. Paul. Berikut apa yang dikerjakannya untuk mendapat pengakuan orang lain:
Beberapa temen gue menyampaikan ke gue kalau banyak orang yang terintimidasi dengan gue. Bagi gue tidak masalah seseorang membanggakan kelebihan dia. Misal seorang model yang membanggakan kecantikan dirinya. Selama hal itu memang kenyataan, mengapa kita harus risih jikalau orang tersebut membanggakannya. Gue baru menilai seseorang sombong jika dia membanggakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan. Orang yang paling sombong menurut gue justru adalah orang yang tidak mau dipuji atas kelebihannya. Mereka berkata, "Ah, kamu melebih-lebihkan." Wah sombong banget! Udah segitu aja masih kurang....
Bagi banyak orang gue dinilai terlalu congkak membanggakan kelebihan gue. Kesan yang pertama kali diingat orang tentang gue ialah bahwa gue orang yang pintar dan sombong. Kemampuan Bahasa Inggris gue yang baik serta kekritisan gue sering membuat orang salut dengan gue. Padahal gue tidak sepenuhnya sombong dalam hal tersebut, karena gue merasa masih banyak orang di lingkungan gue yang lebih bagus dalam Bahasa Inggris dan lebih pintar.
Mungkin saja kecenderungan gue untuk menonjolkan kelebihan gue ialah karena gue punya masalah yang cukup berat dalam self-worth. Gue aselinya adalah orang yang minder dan tidak pede dengan diri gue sendiri. Gue sangat tidak pede dalam hal penampilan karena gue merasa tampang gue tidak menjual untuk bisa membuat cewe-cewe gemes. Gue sangat tidak pede dalam hal ekonomi karena lahir dari keluarga miskin dan sekarang ekonomi gue pun masih di level menengah. Gue sangat tidak pede karena gue gak punya skill yang pengen sekali gue punya, seperti menyanyi, main musik, olahraga, dan gambar. Gue jelek sekali di bidang-bidang tersebut.
Kadang gue merasa sedih karena gue bukan tipe cowo yang dikejar-kejar sama cewe. Memang gue pintar, tapi kapan terakhir kali gue denger ada cewe yang jatuh cinta karena si cowo pintar. Memang gue pinter nulis artikel dan puisi, tapi semua cewe yang pernah gue kasih puisi malah semakin menjauh bukan mendekat. Memang gue bagus di public speaking tapi gue kurang baik dalam person-to-person talk. Gue merasa gue kurang beruntung karena gue berharap sekali bisa dilahirkan di keluarga kaya dengan wajah tampan, bakat musik, dan suara bagus. Dengan modal itu gue bisa dapat pacar cantik dengan mudah. Dengan modal yang gue punya, gue seringkali cuma bisa berharap dapat pacar cantik pintar (biasanya kalo cantik kurang pintar, kalo kepinteran kurang cantik) karena gue udah minder duluan.
Kecenderungan gue untuk menonjolkan kelebihan gue ialah agar gue bisa mendapat pengakuan dari orang lain kalau memang kehadiran gue dikehendaki. Seumur hidup, gue sudah berjuang mati-matian melawan setan penolakan. Gue sadar beberapa hal yang gue tidak suka seperti tampang, keluarga, dan bakat memang tidak bisa berubah. Gue mesti menaruh nilai self-worth gue disuatu tempat yang aman agar gue bisa percaya diri tanpa perlu merendahkan orang lain. Gambar diri yang sehat. Itu yang ingin gue miliki sekarang.
Seseorang di Perjanjian Baru ternyata punya masalah yang sama dengan gue. Semua orang yang perfeksionis memang disebabkan kerinduan akan pengakuan di lingkungan yang terlalu menuntut. Nama orang itu adalah St. Paul. Berikut apa yang dikerjakannya untuk mendapat pengakuan orang lain:
"Sebab saya dikhitan pada waktu saya berumur delapan hari, berdarah Yahudi, dari suku Benyamin. Jadi, saya boleh dikatakan orang Yahudi tulen! Lebih-lebih lagi, saya orang Farisi yang sangat taat kepada setiap hukum dan adat istiadat Yahudi. Dan tentang ketulusan? Ya, saya demikian tulusnya, sehingga saya menganiaya sidang jemaat. Saya berusaha menaati setiap peraturan dan adat istiadat Yahudi sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya."
Namun suatu insiden dalam hidupnya telah merubah segalanya. Dia berkata demikian:
"Tetapi semua yang dahulu saya junjung tinggi, sekarang sudah saya buang supaya dapat mempercayakan diri dan berharap hanya kepada Kristus saja. Ya, segala sesuatu yang lain tidak berharga, bila dibandingkan dengan besarnya keuntungan yang saya peroleh dari pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhan saya. Saya telah mengesampingkan segala sesuatu yang lain dan menganggapnya sampah, supaya saya dapat memiliki Kristus serta menjadi satu dengan Dia."
Orang yang sama sekarang memiliki kebanggaan baru. Ini cara dia menggantungkan self-worth-nya:
"Mereka menyombongkan diri bahwa mereka orang Ibrani, bukan? Nah, saya juga orang Ibrani. Mereka mengatakan bahwa mereka orang Israel, yaitu umat pilihan Allah? Saya juga orang Israel. Dan mereka keturunan Abraham? Saya juga keturunan Abraham. Mereka mengatakan mereka melayani Kristus, tetapi saya telah melayani-Nya jauh lebih banyak lagi! (Sudah gilakah saya menyombongkan diri seperti ini?) Saya telah bekerja lebih keras, telah lebih sering masuk penjara, telah dicambuki banyak kali, dan menghadapi maut berkali-kali. Lima kali orang Yahudi menghukum saya dengan tiga puluh sembilan pukulan cemeti. Tiga kali saya dipukuli dengan tongkat, sekali saya dirajam. Tiga kali kapal yang saya tumpangi karam. Sekali saya terapung-apung di laut sepanjang malam dan sepanjang hari esoknya. Saya sudah bepergian jauh dan sering berada dalam bahaya dari sungai-sungai yang banjir, dan dari perampok-perampok dan dari bangsa saya sendiri, bangsa Yahudi, seperti juga dalam cengkeraman bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Saya telah menghadapi bahaya besar dari orang banyak di kota-kota dan bahaya maut di gurun pasir dan di lautan yang bergelombang tinggi dan dari orang-orang yang mengaku sebagai saudara di dalam Kristus, tetapi yang sebenarnya bukan. Saya telah mengalami kepayahan dan kesakitan dan kekurangan tidur. Saya sering kelaparan dan kehausan. Sering-sering saya menggigil kedinginan karena kurangnya pakaian untuk menghangatkan badan. Di samping semua ini, saya harus selalu memikirkan kemajuan jemaat. Siapa gerangan membuat kesalahan dan saya tidak merasakan kesedihannya? Siapa jatuh dan saya tidak ingin menolongnya? Siapa menderita secara rohani tanpa amarah saya timbul terhadap orang yang menyebabkan penderitaan itu? Tetapi, kalau saya harus membual, saya lebih suka membual tentang hal-hal yang menyatakan kelemahan saya."
Cara dia menilai orang lain pun berubah:
"Oleh karena itu, kami tidak lagi menilai orang menurut ukuran manusia. Memang kami pernah menilai Kristus dari segi manusia, tetapi sekarang tidak lagi. Orang yang sudah bersatu dengan Kristus, menjadi manusia baru sama sekali. Yang lama sudah tidak ada lagi—semuanya sudah menjadi baru."
Doa gue agar gue bisa mendapatkan perspektif seperti St. Paul. Kebanggaan gue bukan pada yang ada pada gue, tapi pada apa yang gue beri ke orang lain dalam kasih. Berikut tulisan St. Paul yang paling terkenal:
"SEKIRANYA saya mempunyai karunia untuk berbicara dalam bahasa-bahasa lain tanpa mempelajarinya lebih dahulu, dan pandai berbicara dalam setiap bahasa manusia, bahkan bahasa malaikat sekalipun, tetapi saya tidak mempunyai kasih, maka saya hanyalah bagaikan tong kosong yang nyaring bunyinya. Sekiranya saya mempunyai karunia untuk bernubuat dan mengetahui segala yang akan terjadi pada masa yang akan datang, serba tahu mengenai segala sesuatu, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, apakah gunanya karunia itu? Sekiranya saya dikaruniai iman yang demikian rupa, sehingga dapat menyuruh gunung berpindah, tetapi tanpa kasih, saya tidak berharga sama sekali. Sekiranya saya berikan semua milik saya kepada orang miskin dan sekiranya saya dibakar hidup-hidup karena pemberitaan Injil, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, maka semua itu tidak ada gunanya. Kasih itu sangat sabar dan baik hati, tidak pernah cemburu atau iri hati, tidak pernah sombong atau tinggi hati. Tidak pernah angkuh, mementingkan diri sendiri atau kasar. Kasih tidak ingin menang sendiri. Kasih tidak pemarah dan tidak mudah tersinggung. Kasih tidak menaruh dendam dan tidak memperhatikan kesalahan orang lain. Kasih tidak gemar akan ketidakadilan, tetapi bersukacita bilamana kebenaran menang Kalau Saudara mengasihi seseorang, Saudara akan tetap setia kepadanya, apa pun yang terjadi. Saudara akan tetap mempercayainya, selalu mengharapkan yang terbaik dari dia, dan Saudara akan selalu membelanya Semua karunia dan kuasa khusus dari Allah pada suatu saat akan berakhir, tetapi kasih itu kekal."
Comments
kalo ada orang ngomong yang kayak kamu bilang di sini "Mereka berkata, "Ah, kamu melebih-lebihkan." Wah sombong banget! Udah segitu aja masih kurang..."
gw sih ngga bakal mikir kalo mereka bilang gitu karena ngerasa 'segitu aja masih kurang.' kayaknya terlalu early to judge ya. dan negatif banget haha.. give them the benefit of the doubt lah, siapa sih kita untuk bisa tau apa yang orang ini truly pikir tentang kelebihan mereka? anyways, orang yang humble and down to earth itu keliatan dari hasil2nya, gayanya, tingkah lakuknya, dan menurut gw itu yang orang dunia ngga akan pernah ngerti and one of the reasons why jadi sesuatu yang attactive banget.. karena orang ini bukan cuma jadi orang yang 'berbeda' dibandingin sama orang2 pada umumnya, but bc u become more like Jesus.
uhuhu panjang deh,.. sori if its too long.. i feel very strongly about this soalnya humility itu adalah character trait yang gw very highly admire. gw ngerasa dari pertamanya gw ini ngga punya apa2 anyway, jadi bodoh banget kalo gw jadi congkak buat hal2 yang gw ngga even punya dari pertamanya juga, alias, hal2 ini asal pertamanya itu 'dikasih' sama Tuhan.
again, your self worth asalnya itu karena kita diciptakan oleh Tuhan dengan kasih n care yang tak terhingga dan karena kita berharga di mataNya. your self worth ngga tergantung sama kelebihan or talents yg T kasih. ngga tergantung seberapa jelek atau seberapa tinggi manusia menilai loe. gimana kalo ada orang yang diciptakan kelebihannya kurang dari loe, atau bahkan diciptakan dengan ga ada sama sekali kelebihannya, woud u say that she/he worth LESS than you? huhuhu... never. tendency manusia emang gitu, tapi di mata Tuhan smua sama berharganya. i gez dalam perjalanan kita dalam hidup itu ya untuk itu ya.. bertumbuh dalam pengenalan kita akan T, bertumbuh untuk bisa makin kayak dia.
Agar Jed lebih menjadi berkat buat orang lain, please daftar jadi Penulis di koran online www.kabarindonesia
Saranku: kirim artikel ini ke bagian rohani. I am really sure this article will give great blessing to others, not only several person or couples but hundreds or even thousands people.
Gimana??? Jangan ragu-ragu, mungkin ini jalan pertama Jed utk lebih dikenal menjadi populer mewartakan kasih-NYA. AMIN!!!!
Moga advise-ku ini diterima ya....
(Faith without action is nothing, friend!!!)
Merasa bersyukur atas diri (dan kelebihan) kita = confident
Menonjolkan kelebihan2 kita di depan org lain = sombong
I think what you should aim is to be confident with yourself, and not arrogancy. Maksudnya jadilah org yg bisa menghargai diri sendiri, merasa diri sendiri itu valuable, ga minder. Tp bukan berarti kita terus harus membangga2kan diri di depan org lain, nunjukin kelebihan kita dll. Kalo itu sombong namanya :p
Being confident itu sebenernya ga perlu ditunjuk2in. It will show in your daily attitude kok :)
Trus soal org yg bilang "Ah, kamu melebih-lebihkan." Menurutku itu bukan karena mereka ngerasa segitu itu kurang. Tp most likely krn rada basa-basi sungkan dipuji. I know it, because I used to be like that... LOL Dan generally itu culturenya most of Asian people--to be reserved, to not accept compliment, to say you don't deserve it, to "basa-basi".
One day my American teacher told me not to say those things as it's more like being not-confident with myself and may give an impression of false humility. So now when people give compliments, I learned to just say Thank You gracefully :)
AJ
Semoga kita semakin bertumbuh di dalam Dia, semakin intim dengan Dia, semakin serupa denganNya...
Segala yang kita punya, apapun itu adalah anugerah, apalagi KESELAMATAN. Anugerah adalah sesuatu yang seharusnya kita tidak punyai tapi karena kasihNya Tuhan berikan kepada kita.
So, segala yang kita punyai saat ini mari kita kembalikan untuk kemuliaan Bapa di surga...
btw, boleh juga tuh sarannya fida abbot!
GBU, bro!
Salam kenal!
Semoga kita semakin bertumbuh di dalam Dia, semakin intim dengan Dia, semakin serupa denganNya...
Segala yang kita punya, apapun itu adalah anugerah, apalagi KESELAMATAN. Anugerah adalah sesuatu yang seharusnya kita tidak punyai tapi karena kasihNya Tuhan berikan kepada kita.
So, segala yang kita punyai saat ini mari kita kembalikan untuk kemuliaan Bapa di surga...
btw, boleh juga tuh sarannya fida abbot!
GBU, bro!
Salam kenal!
satu hal yg g tau tentang ego.. wajar bgt kalo kita punya ego krn kita memang makhluk ego. Ego itu adalah warisan dr Tuhan sendiri koq. Itu sebabnya dipermalukan srgkali jadi hal yg ditakutin oleh banyak org. Karena dipermalukan adalah musuh dr ego. Bukan rendah hati. krn ego yg sehat & kerendahan hati bisa berjalan seiring.
Dulu g bingung knp Yesus bisa bilang: "Contohlah aku krn aku ini lemah lembut & rendah hati."
Dulu g selalu berpikir org rendah hati itu org yg tiap kali bilang: "Ah, ngga lah.. ini mah biasa aja. Si a & b lebih hebat dr saya" Pokoknya g pikir org rendah hati itu org yg selalu ngomong merendah. Makanya pas Yesus ngomong 'contohlah aku..dll' itu, g bingung. Kesannya koq Yesus sombong banget pake acara ngomong kalo dia itu rendah hati.
tp seiring wkt, g belajar kl omongan Yesus itu berasal dr kerendahan hati yg otentik & percaya diri yg based of fact. Bcuz he is really humble & meek.
G rasa setiap org kristen pernah punya pergumulan gmn menjadi org yg ga sombong, rendah hati, namun tetap percaya diri. Karena kadang kita jd bingung gmn ngebedain percaya diri & kesombongan. I think this kind of life lesson is really an art of being christian. and i think this is a difficult one. But i believe God will help us step by step to learn this lesson since being humble - but still confident - is one of Jesus' charaters that we have to have. though difficult, nothing impossible 4 him.
Ada 1 ayat yg selalu g inget tiap kali g mrs sombong. Ini sih ayat pegangan g, mungkin bs berguna juga buat elo: Yeremia 9:23-24.
[Btw, soal penampilan & kondisi keuangan (& bbrp hal laen yg elo ga pede), itu kan bisa di upgrade, Jed. Asal kita mau usaha :D]
Oke d.. Gbu :)
Post a Comment