Seorang teman kerja mengundang Jed dan temen-temen lain untuk datang ke rumahnya. "Mau kumpul-kumpul saja" katanya. Karena ada acara makan-makan maka Jed langsung menyanggupi dateng, apalagi pas jam luang dan Jed lagi berusaha mengurangi jam nongkrong di depan komputer. Belum lagi gosip seputar kantor yang katanya akan dibahas di acara itu. Jed jadi orang pertama yang hadir di situ. Ternyata udah kena jebakan. Presentasi multilevel, sodara-sodara!!
Sebagai seorang yang skeptik terhadap MLM, tentu saja pertemuan itu tidak membawa dampak apa-apa kepada gue. Cuma gue teringat kembali akan video sebuah MLM lain yang pernah diberikan seseorang ke gue. Intinya kita disuruh berpikir, apakah kita mau finansial kita begini terus? apakah 10 tahun ke depan masih mau nge-pas penghasilannya? apakah kita gak mau pensiun dini dan menikmati passive income?
Siapa juga kalangan menengah kebawah yang gak tergiur dengan tawaran-tawaran tersebut? Siapa yang gak mao pensiun dini dan menikmati passive income yang besar? Presentasi MLM akan senantiasa memberikan kesaksian orang-orang sudah sukses karenanya. Dengan success stories yang berjibun, gak heran banyak orang yang mengambil keputusan emosional dan impulsif untuk bergabung di sebuah MLM. Ada juga yang berpikir panjang, tapi akhirnya mau juga karena terpacu oleh success stories itu tadi serta ketidakpuasana akan kondisi finansial dia sekarang.
Banyak yang lupa kalo gak semua berakhir dengan success stories. Mereka yang berhasil di MLM tentunya harus berterima kasih pada mereka yang gagal ber-multilevel ria karena oleh karena mereka lah, maka mereka bisa mendapatkan diri mereka di rank tinggi dan menikmati pensiun dini dan passive income besar itu. Kenyataan di lapangan menunjukkan lebih banyak yang gagal dibanding yang sukses di jenis bisnis ini. Kita gak bisa melihat pada success stories dan menganggap kita juga akan sampai ke pengalaman yang sama seperti mereka, bisa jalan-jalan ke luar negeri dan menikmati berbagai benefit.
Gue tidak sama sekali meragukan kesaksian mereka yang berhasil di MLM. Namun gue juga tahu bahwa sukses mereka juga lewat keringat dan jerih payah tanpa kenal kata menyerah dalam melebarkan network dan memasarkan produk. Mereka bisa sampai ke tingkat itu karena mereka memang punya mental untuk sampai kesana. The Losers, para pemalas yang hanya bisa berangan-angan sukses, yang ikut MLM untuk mendapatkan impian mereka pasti tidak akan bisa berhasil dan mencapai sukses seperti mereka ini.
Belakangan MLM juga mulai mengadakan training-training sales untuk membantu para salesman mereka. Sebuah langkah yang bagus. Para sales people dilengkapi pengetahuan yang cukup dan diberi akses kepada para motivator handal baik lewat buku, workshop, maupun video sehingga mereka benar-benar jadi sales people yang gigih. Personality para sales people pun diperbaiki, intinya seh perusahaan ingin meraup untung setinggi-tingginya.
Gue sendiri cukup tahu diri untuk tidak bergabung dengan MLM manapun. Alasannya jiwa sosial gue lebih besar dari keinginan gue buat kaya raya. So, gue gak punya bakat buat jadi sales person. Gue malah gak ada cita-cita buat jadi orang kaya raya, yang penting berkecukupan. Gue seorang idealis, mengidolakan orang-orang pemberani seperti Kwik Kian Gie, Ratna Sarumpaet, dan Munir yang rela mengorbankan apa saja demi idealisme mereka. Kalaupun gue jadi orang kaya raya, gue lebih berpikir buat ngebantu orang susah dibanding memanjakan diri gue dengan harta benda yang gue gak butuhkan.
Makanya kenapa gue menikmati profesi gue sebagai guru walaupun banyak orang yang heran ada juga orang keturunan cina yang mao jadi guru di lingkungan dimana gue menjadi minoritas. Gue punya misi yang gue emban. Bagi gue menyelesaikan misi gue lebih penting dari pada mengorbankan idealisme demi tambahan income. Gue mendapat kepuasan dari profesi gue dan gue termotivasi dari kepuasan itu dan bukan dengan banyaknya uang yang gue peroleh.
Seorang sales person yang baik akan melihat siapapun di lingkaran sosialnya sebagai calon konsumen. Gue melihat siapapun di lingkaran gue sebagai orang yang layak gue bantu. So, ada perbedaan prinsipil di dalamnya. Gue sama sekali gak menolak untuk menjadi kaya raya, cuma menjalankan misi gue lebih penting dari itu semua. Mungkin saja di masa depan gue akan berubah pikiran, namun gue gak akan berubah prinsip hidup.
So, presentasi tadi gak kasih efek apa-apa ke gue. Gue gak tergiur dengan jalan-jalan ke luar negeri gratis, pensiun dini (gue mao bekerja sampai akhir hayat), dan passive income tidak menggiurkan bagi gue. Tadi seh sempet kepikiran juga mao gabung jadi member, cuma demi ngebantu rekan gue itu agar dia dapet tambahan penghasilan. Cuma setelah gue pikir-pikir lagi, masih ada orang lain yang lebih butuh gue bantu. So, gue end up nulis blog ini deh!!
Sebagai seorang yang skeptik terhadap MLM, tentu saja pertemuan itu tidak membawa dampak apa-apa kepada gue. Cuma gue teringat kembali akan video sebuah MLM lain yang pernah diberikan seseorang ke gue. Intinya kita disuruh berpikir, apakah kita mau finansial kita begini terus? apakah 10 tahun ke depan masih mau nge-pas penghasilannya? apakah kita gak mau pensiun dini dan menikmati passive income?
Siapa juga kalangan menengah kebawah yang gak tergiur dengan tawaran-tawaran tersebut? Siapa yang gak mao pensiun dini dan menikmati passive income yang besar? Presentasi MLM akan senantiasa memberikan kesaksian orang-orang sudah sukses karenanya. Dengan success stories yang berjibun, gak heran banyak orang yang mengambil keputusan emosional dan impulsif untuk bergabung di sebuah MLM. Ada juga yang berpikir panjang, tapi akhirnya mau juga karena terpacu oleh success stories itu tadi serta ketidakpuasana akan kondisi finansial dia sekarang.
Banyak yang lupa kalo gak semua berakhir dengan success stories. Mereka yang berhasil di MLM tentunya harus berterima kasih pada mereka yang gagal ber-multilevel ria karena oleh karena mereka lah, maka mereka bisa mendapatkan diri mereka di rank tinggi dan menikmati pensiun dini dan passive income besar itu. Kenyataan di lapangan menunjukkan lebih banyak yang gagal dibanding yang sukses di jenis bisnis ini. Kita gak bisa melihat pada success stories dan menganggap kita juga akan sampai ke pengalaman yang sama seperti mereka, bisa jalan-jalan ke luar negeri dan menikmati berbagai benefit.
Gue tidak sama sekali meragukan kesaksian mereka yang berhasil di MLM. Namun gue juga tahu bahwa sukses mereka juga lewat keringat dan jerih payah tanpa kenal kata menyerah dalam melebarkan network dan memasarkan produk. Mereka bisa sampai ke tingkat itu karena mereka memang punya mental untuk sampai kesana. The Losers, para pemalas yang hanya bisa berangan-angan sukses, yang ikut MLM untuk mendapatkan impian mereka pasti tidak akan bisa berhasil dan mencapai sukses seperti mereka ini.
Belakangan MLM juga mulai mengadakan training-training sales untuk membantu para salesman mereka. Sebuah langkah yang bagus. Para sales people dilengkapi pengetahuan yang cukup dan diberi akses kepada para motivator handal baik lewat buku, workshop, maupun video sehingga mereka benar-benar jadi sales people yang gigih. Personality para sales people pun diperbaiki, intinya seh perusahaan ingin meraup untung setinggi-tingginya.
Gue sendiri cukup tahu diri untuk tidak bergabung dengan MLM manapun. Alasannya jiwa sosial gue lebih besar dari keinginan gue buat kaya raya. So, gue gak punya bakat buat jadi sales person. Gue malah gak ada cita-cita buat jadi orang kaya raya, yang penting berkecukupan. Gue seorang idealis, mengidolakan orang-orang pemberani seperti Kwik Kian Gie, Ratna Sarumpaet, dan Munir yang rela mengorbankan apa saja demi idealisme mereka. Kalaupun gue jadi orang kaya raya, gue lebih berpikir buat ngebantu orang susah dibanding memanjakan diri gue dengan harta benda yang gue gak butuhkan.
Makanya kenapa gue menikmati profesi gue sebagai guru walaupun banyak orang yang heran ada juga orang keturunan cina yang mao jadi guru di lingkungan dimana gue menjadi minoritas. Gue punya misi yang gue emban. Bagi gue menyelesaikan misi gue lebih penting dari pada mengorbankan idealisme demi tambahan income. Gue mendapat kepuasan dari profesi gue dan gue termotivasi dari kepuasan itu dan bukan dengan banyaknya uang yang gue peroleh.
Seorang sales person yang baik akan melihat siapapun di lingkaran sosialnya sebagai calon konsumen. Gue melihat siapapun di lingkaran gue sebagai orang yang layak gue bantu. So, ada perbedaan prinsipil di dalamnya. Gue sama sekali gak menolak untuk menjadi kaya raya, cuma menjalankan misi gue lebih penting dari itu semua. Mungkin saja di masa depan gue akan berubah pikiran, namun gue gak akan berubah prinsip hidup.
So, presentasi tadi gak kasih efek apa-apa ke gue. Gue gak tergiur dengan jalan-jalan ke luar negeri gratis, pensiun dini (gue mao bekerja sampai akhir hayat), dan passive income tidak menggiurkan bagi gue. Tadi seh sempet kepikiran juga mao gabung jadi member, cuma demi ngebantu rekan gue itu agar dia dapet tambahan penghasilan. Cuma setelah gue pikir-pikir lagi, masih ada orang lain yang lebih butuh gue bantu. So, gue end up nulis blog ini deh!!
Comments
it's your life it's your own decision :D so do it.
Dah tau ini, berarti gw gak bakal nawarin elo MLM :D
Kesuksesan datang dari kerja keras banting tulang.
Ngpaain ikut MLM, toh selam ini gw juga ga pernah liat hasil nyata dari ikut MLM.
Ada tuh teman kampus gw yANG paksa gw ikut MLM Tiens, sampe dia jual komputernya. Nyatayanya, sampe sekarang, MLM itu ga jalan2 jalgi. hahaha... Nyaho!!!
Good luck!!!!
Post a Comment