Konon nasib seseorang di masa depan benar-benar dapat diramalkan. Bukan dengan kartu Tarot, bukan dengan rajah telapak tangan, atau dengan bertanya kepada cenayang. Nasib anda di masa depan dapat diramalkan oleh anda sendiri. Nah lho? Menurut para psikolog, sukses atau tidaknya anda di masa depan ditentukan oleh kondisi hati anda sendiri. Konon semakin anda memiliki sikap yang positif terhadap kehidupan, semakin anda menikmati setiap nafas di hidup anda, semakin anda berbahagia, maka dapat dipastikan anda akan memiliki masa depan yang baik. Mereka yang negatif cenderung untuk memiliki level stress lebih tinggi, gangguan kejiwaan lebih sering, kesehatan yang memburuk, dan sedang mendaftarkan diri untuk mengalami nasib buruk demi nasib buruk.
Ada 2 cara untuk melihat gelas yang diisi hanya setengahnya: anda mau melihatnya setengah kosong (fokus pada apa yang tidak ada) atau anda mau melihatnya setengah penuh (fokus pada apa yang sudah ada). Hal ini menunjukkan bahwa kebagiaan kita tidak ditentukan dari baik atau buruknya situasi atau keadaan anda. Kebahagiaan anda ditentukan dari sikap respons anda terhadap segala hal yang terjadi di dalam hidup anda: entah anda mau berfokus pada apa yang kurang atau pada apa yang sudah ada. Kebahagiaan menjadi milik mereka yang melihat hidup sebagai berkat dan masalah sebagai tantangan yang memberi warna bagi kehidupan. Sebaliknya kemalangan menjadi milik mereka yang melihat hidup sebagai kutukan dan melihat masalah sebagai perusak kegembiraan. Anda bahagia bukan karena apa yang anda harapkan terjadi, anda bahagia karena sebelumnya anda telah memutuskan untuk bahagia jika apa yang anda harapkan menjadi kenyataan. See, kuncinya ada di kata memutuskan.
Gue sendiri terlahir sebagai seorang yang pesimis dan cenderung untuk murung dan tidak bahagia. Selama ini gue selalu menyalahkan situasi gue, orang-orang lain, dan bahkan juga Tuhan sebagai penyebab kekacauan dalam hidup gue. Gue gak sadar kalo ini semua adalah penghalang utama gue untuk meraih yang terbaik dalam kehidupan. Seperti bangsa Israel di Alkitab Perjanjian Lama yang terhalang masuk ke tanah perjanjian karena dosa persungut-sungutan. Akhirnya moment of truth datang dalam hidup gue dan gue menyadari kalau gue sendiri yang ada di balik semua masalah di hidup gue. Kalau saja gue memiliki pandangan optimisme atas segala sesuatu, maka gue akan meraih kesuksesan demi kesuksesan dalam hidup gue.
Coba anda bayangkan anda harus mendekam di penjara untuk satu malam lamanya. Teman sel yang bagaimana yang akan anda pilih: yang mengeluh akan nasib sial dia atau yang bersemangat menunggu esok pagi karena dia tahu dia akan bebas? Bahkan anda tahu tidak ada manfaat yang diraih dengan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang negatif. Kalau anda dikelilingi oleh orang-orang yang positif, maka hidup anda akan lebih bergairah dan menyenangkan.
Nah, sekarang pertanyaannya, apakah anda memiliki sukacita di hati anda? Jika kehidupan ini adalah sebuah pesta, apakah anda akan menjadi the man of the party yang membagi-bagikan sukacita kepada semua orang yang hadir atau anda akan menjadi seorang penggerutu party poopers yang mengkritik setiap detail yang salah? Apakah anda lebih sering tersenyum atau cemberut? Apakah kehadiran anda membuat orang betah atau membuat orang terintimidasi?
Gue sendiri masih dalam proses perbaikan demi perbaikan dalam hidup gue. Langkah pertama gue ialah memutuskan untuk menjadi orang yang bersukacita dalam segala hal dan menolak untuk merenungi kemalangan-kemalangan di hidup gue. Gue berhenti bertanya "salah siapa?" dan mulai bertanya "apa yang bisa dibuat dari ini?". Orang yang selalu melihat ke masa lalu adalah orang stress. Oleh karena itu mari lihat ke depan dengan optimisme karena ada banyak yang kita bisa rubah di masa depan kita kalau saja kita memiliki respons yang tepat.
Ketika anda melihat diri anda di cermin esok pagi, apakah anda akan melihat calon orang sukses masa depan atau calon pesakitan rumah sakit jiwa?
Ada 2 cara untuk melihat gelas yang diisi hanya setengahnya: anda mau melihatnya setengah kosong (fokus pada apa yang tidak ada) atau anda mau melihatnya setengah penuh (fokus pada apa yang sudah ada). Hal ini menunjukkan bahwa kebagiaan kita tidak ditentukan dari baik atau buruknya situasi atau keadaan anda. Kebahagiaan anda ditentukan dari sikap respons anda terhadap segala hal yang terjadi di dalam hidup anda: entah anda mau berfokus pada apa yang kurang atau pada apa yang sudah ada. Kebahagiaan menjadi milik mereka yang melihat hidup sebagai berkat dan masalah sebagai tantangan yang memberi warna bagi kehidupan. Sebaliknya kemalangan menjadi milik mereka yang melihat hidup sebagai kutukan dan melihat masalah sebagai perusak kegembiraan. Anda bahagia bukan karena apa yang anda harapkan terjadi, anda bahagia karena sebelumnya anda telah memutuskan untuk bahagia jika apa yang anda harapkan menjadi kenyataan. See, kuncinya ada di kata memutuskan.
Gue sendiri terlahir sebagai seorang yang pesimis dan cenderung untuk murung dan tidak bahagia. Selama ini gue selalu menyalahkan situasi gue, orang-orang lain, dan bahkan juga Tuhan sebagai penyebab kekacauan dalam hidup gue. Gue gak sadar kalo ini semua adalah penghalang utama gue untuk meraih yang terbaik dalam kehidupan. Seperti bangsa Israel di Alkitab Perjanjian Lama yang terhalang masuk ke tanah perjanjian karena dosa persungut-sungutan. Akhirnya moment of truth datang dalam hidup gue dan gue menyadari kalau gue sendiri yang ada di balik semua masalah di hidup gue. Kalau saja gue memiliki pandangan optimisme atas segala sesuatu, maka gue akan meraih kesuksesan demi kesuksesan dalam hidup gue.
Coba anda bayangkan anda harus mendekam di penjara untuk satu malam lamanya. Teman sel yang bagaimana yang akan anda pilih: yang mengeluh akan nasib sial dia atau yang bersemangat menunggu esok pagi karena dia tahu dia akan bebas? Bahkan anda tahu tidak ada manfaat yang diraih dengan menghabiskan waktu bersama orang-orang yang negatif. Kalau anda dikelilingi oleh orang-orang yang positif, maka hidup anda akan lebih bergairah dan menyenangkan.
Nah, sekarang pertanyaannya, apakah anda memiliki sukacita di hati anda? Jika kehidupan ini adalah sebuah pesta, apakah anda akan menjadi the man of the party yang membagi-bagikan sukacita kepada semua orang yang hadir atau anda akan menjadi seorang penggerutu party poopers yang mengkritik setiap detail yang salah? Apakah anda lebih sering tersenyum atau cemberut? Apakah kehadiran anda membuat orang betah atau membuat orang terintimidasi?
Gue sendiri masih dalam proses perbaikan demi perbaikan dalam hidup gue. Langkah pertama gue ialah memutuskan untuk menjadi orang yang bersukacita dalam segala hal dan menolak untuk merenungi kemalangan-kemalangan di hidup gue. Gue berhenti bertanya "salah siapa?" dan mulai bertanya "apa yang bisa dibuat dari ini?". Orang yang selalu melihat ke masa lalu adalah orang stress. Oleh karena itu mari lihat ke depan dengan optimisme karena ada banyak yang kita bisa rubah di masa depan kita kalau saja kita memiliki respons yang tepat.
Ketika anda melihat diri anda di cermin esok pagi, apakah anda akan melihat calon orang sukses masa depan atau calon pesakitan rumah sakit jiwa?
Comments
1. melihat gelas setengah penuh (fokus pada apa yang sudah ada)
2. berfokus pada apa yang sudah ada
3. bahagia karena sebelumnya telah memutuskan untuk bahagia jika apa yang aku harapkan menjadi kenyataan
4. be the man of the party yang membagi-bagikan sukacita kepada semua orang yang hadir
5. Ketika aku melihat diriku di cermin esok pagi, aku melihat calon orang sukses masa depan
Jed, thank you yaaa.... my life is much better :D
Syukurlah kalau jed sudah merubah diri dan skrg dlm proses perbaikan. Masa depan Jed masih panjang jadi berjuang terusssssssss.
Salam sukses,
Fida
==> Waduhh.. gaswat neehh! *ihiks*
Ada 2 cara untuk melihat gelas yang diisi hanya setengahnya: anda mau melihatnya setengah kosong (fokus pada apa yang tidak ada) atau anda mau melihatnya setengah penuh (fokus pada apa yang sudah ada).
==> Oalaahh.. ternyata itu toh artinyaa.. selama ini gua ngga 'klik' antara setengah penuh ma setengah kosong bedanya apaan, krn mnrt gua sama2 tinggal setengah githu lhoo isinyaa, hahahaha.. :D
Thank you atas postingannya yg 'mencerahkan' ya, Jed.. selama ini gua juga masih in between, antara being positive ma being negative always silih bergantii, walau belakangan seiring dgn makin banyaknya masalah yg menerpa, jadi lbh sering negative dhee :p
Post a Comment