Sekarang sudah menjelang akhir tahun 2013 dan suhu politik sudah mulai memanas. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, rakyat Indonesia umumnya tidak terlalu peduli partai mana yang akan menang pemilu 2014 mendatang, namun lebih berfokus pada siapakah akan menjadi pasangan presiden dan wakil presiden baru di negara ini. Susilo Bambang Yudhoyono telah 2 kali menjabat presiden, oleh karena itu menurut Undang-Undang Dasar, beliau dilarang untuk mengajukan diri menjadi calon presiden untuk ketiga kalinya. Hampir semua partai telah memkampanyekan calon presiden masing-masing, namun siapakah yang akhirnya benar-benar akan maju? Kita tahu berdasarkan undang-undang, untuk bisa maju menjadi pasangan capres-cawapres pada pilpres, harus setidaknya didukung oleh 20% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat. Hal itu berarti dengan sistem partai yang majemuk seperti sekarang, kemungkinan besar hanya akan ada 3 atau 4 pasangan capres-cawapres dalam pemilu 2014 kecuali undang-undang tersebut mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil survei dari lembaga survei Indikator baru-baru ini, seperti pada grafik diatas maka secara garis besar, berikut ramalan klasemen parlemen 2014:
- Partai papan atas: PDIP dan Golkar, masing-masing memiliki kemungkinan untuk menguasai sekitar 20-25% kursi parlemen dan berpeluang menjadi juara.
- Partai papan menengah: Demokrat dan Gerinda, masing-masing memiliki kemungkinan untuk menguasai sekitar 10 hingga 15% kursi parlemen.
- Partai papan bawah: Hanura, PPP, dan PKB, masing-masing memiliki kemungkinan untuk menguasai sekitar 3,5 hingga 9% kursi parlemen.
- Partai terancam degradasi: Nasdem, PKS, PAN, PBB, dan PKPI, masing-masing memiliki kemungkinan untuk menguasai 3,5 hingga 5% kursi parlemen atau tidak sama sekali karena jika tidak mencapai 3,5% electoral threshold, maka partai tersebut tidak bisa mendapatkan kursi parlemen sama sekali.
Melihat dari peta politik tersebut, maka adalah lebih aman untuk berasumsi kalau 2014 nanti kemungkinan besar hanya akan ada 3 pasangan capres-cawapres. Lalu siapakah yang akan dicalonkan? Selanjutnya kita akan coba meramalkan lewat game scenario berdasarkan siapa dengan siapa. Berikut adalah 3 pasangan calon yang saya lihat akan meramaikan pemilu tahun depan:
1. Megawati Soekarnoputri - Joko Widodo
PDIP dan Golkar sama-sama berpeluang untuk memenangkan Pemilu 2014 namun dengan popularitas Jokowi yang sedang melambung tinggi, angin sedang berpihak pada PDIP. Oleh karena itu PDIP punya kans besar untuk mengajukan pasangan capres-cawapres dari internal partai mereka sendiri tanpa perlu berkoalisi dengan pihak lain, walau saya melihat ada kemungkinan peluang PDIP berkoalisi dengan Hanura atau PKB. Pasangan ini memadukan pengalaman dan senioritas Megawati dengan Jokowi yang populer dan punya kemampuan merangkul pemilih pemula.
Mungkin banyak yang bertanya mengapa PDIP tidak mencalonkan Jokowi menjadi presiden secara wong Solo tersebut unggul di berbagai polling? Jawabannya karena mekanisme di PDIP, capres-cawapres diputuskan oleh ketua umum yang tidak lain adalah Megawati. Melihat karakter dan sifat Megawati selama ini yang cenderung keras kepala dan tidak mendengarkan orang lain (termasuk suami dan anak sendiri), maka saya melihat peluang Mega merelakan Jokowi maju tidak begitu besar. Dalam berbagai wawancara, Mega sering menyebut kalau dirinya tidak percaya hasil survei dan merasa Jokowi, meski populer, belum punya pengalaman untuk memimpin negara. Melihat karakter Megawati yang tetap ngotot maju di pilpres 2004 dan 2009, sangatlah mungkin dia merasa diri patut maju lagi di 2014. Megawati bukanlah tipe progresif dan terbawa situasi, tapi tipe keras kepala dan konvensional.
Majunya Megawati mungkin tidaklah populer diantara die hards -nya Jokowi, namun jangan lupa mayoritas pemilih kita masih tinggal di pedesaan dengan pendidikan seadanya. Di kalangan muda perkotaan, Jokowi amat sangat populer, namun di kalangan tua perdesaan, Megawati lebih populer karena Jokowi masih dianggap terlalu hijau. Mampukah pasangan ini memenangkan pilpres 2014? Waktu yang akan menentukan. Pasangan ini menurut saya akan membuat pertandingan semakin menarik karena apabila Jokowi yang dicapreskan PDIP, maka siapa yang menang sudah akan ketahuan duluan sebelum pemilu dimulai.
2. Aburizal Bakrie - Susilo Bambang Yudhoyono
Aburizal Bakrie mungkin tidaklah sepopuler Jokowi atau Prabowo, namun dia punya mesin partai yang bisa memberikannya jaminan untuk maju dalam pentas capres 2014. Pertanyaan selanjutnya ialah dengan siapa dia memilih berpasangan? Melihat latar belakang Ical sebagai pengusaha, tentunya dia tidak akan gegabah melangkah tanpa perhitungan matang. Dia tentunya akan memilih berpasangan dengan orang yang mampu membalikan meja pertandingan untuk berpihak kepadanya. Ingat, dia mungkin bukan kandidat kuat, namun dia tidak bodoh. Setidaknya insting pengusaha yang dimilikinya akan membuat dia berhati-hati dalam menentukan pasangan cawapres. Latar belakangnya yang non-Jawa dipercaya akan membuatnya memilih cawapres dari suku Jawa, bila perlu dari militer, ketimbang menggandeng rekan separtainya, Jusuf Kalla, walaupun dia merupakan kandidat cawapres terpopuler hingga saat ini.
Pertimbangan pemilihan cawapres tentunya harus melihat peta partai dan kursi di parlemen. Koalisi dengan PDIP atau Gerindra tentunya hampir pasti tidak mungkin karena kedua partai tersebut akan mengajukan sendiri calonnya. Kemungkinan yang lebih mungkin ialah berkoalisi dengan Partai Demokrat yang grafik suaranya menurun drastis akibat beragam kasus korupsi yang menerpa kadernya. Meski sedang mengadakan konvensi capres, tidak ada kandidat kuat yang sanggup menggalang jutaan masa pemilih di antara peserta konvensi. Tidak adanya figur populer di Demokrat selain menyebabkan partai gagal meraih suara mayoritas seperti pemilu sebelumnya, juga telah menyebabkan SBY turun tangan sendiri mengambil posisi ketua umum partai. Oleh karena pertimbangan skenario ini, saya meramalkan Ical akan menggandeng SBY ke pilpres 2014. SBY memang tidak dapat menjadi presiden 3x, namun dia tentunya masih bisa menjadi wapres. Selain itu duet ini bisa mengangkat tema melanjutkan 2x masa pemerintahan SBY dan menguntungkan juga bagi kepentingan politik Cikeas.
Kemungkinan pasangan duet yang lain ialah Ical-Wiranto, Ical-Mahfud, atau Ical-Hatta apabila Golkar tidak berkoalisi dengan Demokrat. Namun kans lebih besar ada pada koalisi Golkar-Demokrat dan duet Ical-SBY. Masihkah SBY punya pesona di kalangan pemilih? Waktu yang akan membuktikan.
3. Prabowo Subianto - Jusuf Kalla
Di luar Jokowi, Prabowo adalah kandidat capres terpopuler. Oleh karena itu, berbagai lembaga survei mengatakan kalau pesona Prabowo akan mengangkat juga pamor partai Gerinda sehingga bisa menjadi partai kelas menengah di pilpres yang akan datang. Namun, Gerindra diperkirakan masih butuh tambahan suara dari koalisi dengan partai-partai lain sehingga bisa memajukan Prabowo sebagai capres. Koalisi yang memungkinkan ialah dengan PKB, Nasdem, PPP, atau PKS. Prabowo tentunya butuh figur cawapres yang bisa menyatukan semua partai koalisi untuk satu suara mendukung dia dan sepertinya figur itu ada pada Jusuf Kalla.
Seperti yang sudah saya sebut sebelumnya, meski bukan kandidat capres populer, JK adalah kandidat cawapres paling populer. Hal ini memungkinkan akibat dukungan kuat dari luar Jawa serta figur JK yang kaya pengalaman dari menjadi wapres 2004-2009. JK juga telah membuktikan diri sanggup berdiri dan menyatukan berbagai partai dan faksi. Menurut hitungan saya, duet Prabowo-JK ini punya peluang menang sedikit lebih besar ketimbang 2 pasangan lainnya. Namun, bagaimana nanti jadinya, tentunya suara para pemilih yang akan menentukan.
Bagaimana dengan Anda? Siapa yang akan Anda pilih? Memang siapa-siapa yang akan maju tentunya diluar harapan kita semua, namun itulah kenyataan pahit yang harus kita telan, kalau presiden Indonesia itu sebenarnya cuma ditentukan 2 kelompok:
- Kalangan elit di atas, termasuk elit politik dan elit ekonomi.
- Kalangan pemilih miskin dan tidak berpendidikan.
Akhirnya ya kelas menengah ngehe harus tahu diri kalau mereka bukanlah pemilik Indonesia karena secara pengaruh, mereka kalah dengan kalangan elit, secara jumlah, mereka juga kalah dari kalangan pemilih miskin dan tidak berpendidikan. Kalau bicara harapan, saya berharap agar Luna Maya menjadi presiden Indonesia karena saya percaya kita butuh presiden yang cakep. Namun kalau bicara realistis, tentunya jauh dari kenyataan. Berapa banyak yang akan milih?
Pesan penutup dari saya ialah para capres takabur (delusional) baiknya tahu diri. Kalau yang mau milih Anda tidak sebanyak yang mau milih Rhoma Irama jadi presiden, mbok ya ga usah maju jadi capres. Coba jadi bupati atau walikota dulu napa? Itu pun belum tentu menang juga. #ngikik
Related Post:
- Dari Soekarno Hingga SBY: Legenda Perjalanan Bangsa Indonesia (Bagian Satu)
- Dari Soekarno Hingga SBY: Legenda Perjalanan Bangsa Indonesia (Bagian Dua)
Comments
gw banget ini
Post a Comment