On Being Older and Adult


Apa sih orang dewasa itu?

Dalam pengertian umum bisa dikatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai dewasa jika sudah mampu mengurus dirinya sendiri, atau dengan kata lain, bisa hidup normal tanpa perlu dituntun atau diawasi oleh orang dewasa lain.

Misalnya seorang anak-anak tidak diizinkan untuk mengemudi karena dianggap belum dewasa, artinya dia masih perlu diawasi atau belum dapat dipercaya untuk mengemudikan kendaraan bermotor seorang diri.

Dalam aspek mental, menjadi dewasa adalah ketika kita mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi diri kita sendiri. Kita mampu menjaga dan melindungi diri kita sendiri. Kita bahkan mampu untuk menuntun, menjaga, dan mengawasi yang masih kanak-kanak.

Dalam pengertian budaya barat, orang dewasa adalah orang yang sudah mencapai usia di atas 18 tahun. Hal ini ditandai dengan orang tersebut mendapatkan ID Card, driving license, dan juga hak voting dalam pemilu. Dalam kultur dan hukum di Amerika Serikat, usia 18 tahun ke atas adalah usia dimana anak tidak punya kewajiban untuk selalu menuruti apa kemauan orang tuanya. Usia 18 tahun ke atas adalah kedewasaan yang ditandai dengan keluar dari rumah orang tua, pindah kota, tinggal di apartemen, kuliah dan mengambil pekerjaan part time. Seorang anak juga diharapkan untuk tidak lagi meminta uang dari orang tuanya. Hidup mereka sepenuhnya mandiri. Itu sebabnya banyak yang mengambil college soft loan agar bisa kuliah, dimana mereka harus mencicilnya nanti setelah mereka bekerja full time.

Dalam kultur timur, senioritas adalah hal yang mutlak dan tidak sopan untuk tidak menghormati mereka yang lebih tua dari kita. Hidup berisi jenjang-jenjang dan mereka yang lebih tua dianggap lebih cakap dan bijak dibandingkan mereka yang lebih muda. Sangat umum untuk memanggil orang lain tidak dengan nama, namun dengan 'gelar' seperti bapak, ibu, dan sebagainya. Semakin tua seseorang, semakin disegani dan dihormati oleh mereka-mereka yang lebih muda. Mereka yang melanggar norma ini akan disebut anak kurang ajar yang tidak tahu adat.

Masih dalam kultur timur, orang tua dianggap sebagai sumber yang menyediakan segala yang anak butuhkan. Dengan kata lain tanggung jawab orang tua terhadap anak tidak berhenti sampai usia 18 tahun, namun terus sampai dia tua renta dan tidak berdaya. Orang tua tetap punya kewajiban memberi makan dan keamanan bagi anaknya meski sang anak sudah jadi bapak-bapak dan beranak tiga. Sang anak pun punya kewajiban untuk mengembalikan jasa orang tua mereka dengan mengurus mereka ketika mereka sudah tua renta dan tidak berdaya.

Dalam budaya barat, dimana senioritas nyaris hilang, seseorang cuma punya fase kanak-kanak dan dewasa. Dengan kata lain, kita harus memperlakukan orang lain, entah umur 18 tahun, 35 tahun, atau 65 tahun sebagai orang dewasa. Ketika kita sudah di atas 18 tahun, maka kita adalah orang dewasa yang sejajar, tidak peduli berapapun umur kita. Yang paling penting, bukanlah usia seseorang, namun kompetensi mereka.

Dalam budaya timur, seperti Indonesia, segan terhadap usia seseorang akan tampak di dunia pekerjaan. Pemisah yang utama ialah level pendidikan, kemudian pemisah kedua adalah usia. Mereka yang lebih senior secara umum akan menduduki posisi lebih tinggi dari yang lebih muda, terkecuali mereka yang 'anak bos' dan sejenisnya. Dalam budaya barat di dunia kerja, hal seperti ini mulai menghilang dan sangatlah umum punya atasan yang lebih muda karena dianggap lebih relevan dan update dibandingkan yang lebih senior dalam usia.

Tidak ada yang bisa mengatakan mana yang benar dan mana yang salah. Budaya bukan buat dibenarkan atau disalahkan, namun sebagai cara kita untuk memahami dunia dan manusia-manusianya.

Menjadi dewasa artinya mampu bersikap dewasa walau terkadang kita masih perlu bertingkah kekanak-kanakan. 

Related Post:



 Enter your email address:

Comments