Salah satu elemen interpersonal yang paling penting adalah empati. Perlu diingat, empati bukanlah simpati. Empati ialah mampu merasakan apa yang orang lain rasakan, sehingga kita menangkap motivasi seseorang dan memahami alasan-alasan mengapa mereka berlaku sedemikian. Paling gampangnya, empati dapat digambarkan sebagai berdiri di sepatu orang lain. Dengan memiliki empati, maka kita memiliki sensitifitas terhadap perasaan orang lain, sehingga kita mampu berkomunikasi lebih baik dengan mereka.
Seringkali miskomunikasi terjadi oleh karena tidak ada pihak yang berempati. Ketika kedua pihak menolak untuk menjadi peka dan sensitif serta turut merasakan bagaimana rasanya ada di posisi orang lain, maka terjadilah perseteruan untuk siapa yang mengendalikan siapa. Ketika seseorang mulai memaksa, maka yang terjadi ialah upaya kontrol atas orang lain dan seringkali hal inilah yang menjadi awal perselisihan.
Dalam kehidupan kita masing-masing, kita mengenal banyak control freak atau orang yang gila kontrol atas orang lain. Mereka adalah orang-orang yang selalu memastikan orang lain tidak bergerak tanpa persetujuannya. Jangan heran jika para control freak akan dengan mudahnya terkena stress, karena mereka memang 'memaksa' orang lain untuk selalu dikendalikan oleh mereka, lewat sistem carrot and stick, reward and punishment. Salah jika kita pikir bahwa kontrol adalah solusi terbaik dalam hubungan interpersonal. Mereka yang menggunakan kontrol mungkin mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun bukan hubungan yang baik dengan orang lain.
Mereka yang menjadi champion dalam hubungan interpersonal bukan hanya memiliki empati atas orang lain, namun juga memiliki kemampuan persuasi yang baik. Persuasi bukanlah kontrol karena persuasi dilakukan dengan memastikan orang lain akan melakukannya dengan senang hati. Persuasi dilakukan dengan membuat orang lain ikut merasakan apa yang kita rasakan, untuk berdiri di sepatu kita, membuat mereka memahami diri kita, sehingga akhirnya orang lain tersebut berubah oleh karena pemahaman tersebut. Singkatnya persuasi adalah penanaman empati dalam diri orang lain terhadap diri kita.
Persuasi tidak dilakukan dengan cara emotional blackmailing atau membuat tekanan emosional dalam diri orang lain. Persuasi dilakukan dengan cara elegan, karena target utama ialah kesepahaman bersama sehingga masing-masing akan saling berubah untuk orang lain. Perusuasi tidak mengancam, namun mencerahkan.
Mari kita sama-sama belajar untuk menerapkan persuasi dalam hubungan interpersonal kita sehari-hari.
Related Post:
Comments
Post a Comment