Harga BBM Bersubsidi dan Rakyat Miskin


Kita semua tahu bahwa dalam seminggu terakhir sebagai bangsa meributkan mengenai harga BBM bersubsidi, apakah perlu dinaikan atau tidak perlu dinaikan. Demo hingga sandiwara politik akhirnya mengerucut ke 2 kubu, yakni: kubu yang mendukung kenaikan harga BBM bersubsidi dan demo yang menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Kelompok yang terakhir menyebut diri mereka pro rakyat miskin. Benarkah demikian? Tulisan ini akan menunjukan kelemahan dari klaim tersebut.

Pertama-tama, saya tidak nyambung dengan asumsi kalau kenaikan harga BBM bersubsidi akan menyengsarakan rakyat miskin. Bukankah pemakai BBM bersubsidi sebagian besar adalah pengguna kendaraan pribadi, terutama mobil dari beragam merk. Logika dasar, jika mampu membeli mobil seharga ratusan juta, masak beli bensin di harga Rp 6.000,- saja tidak mampu? Perlu diingat bahwa sebelumnya BBM bersubsidi pernah dijual di harga Rp 6.000,- dan hal tersebut tidak menurunkan angka pembelian kendaraan bermotor baru sama sekali. Jadi, alasan ini tidaklah masuk akal jika memaksakan BBM bersubsidi dinikmati oleh kalangan mampu dan bukannya menyalurkan subsidi BBM yang terarah, yakni untuk kendaraan umum yang digunakan oleh mereka yang tidak mempunyai kendaraan pribadi.

Alasan lain yang sering disampaikan oleh mereka yang menolak kenaikan harga BBM bersubsidi adalah asumsi kalau kenaikan harga BBM bersubsidi akan memicu kenaikan harga bahan makanan pokok dan hal ini akan menyengsarakan rakyat miskin. Sekali lagi, ini adalah sebuah pemikiran yang keliru karena:

harga BBM naik => harga bahan pokok naik => rakyat miskin sengsara
jadi rakyat miskin sengsara karena harga BBM naik.

Ngawur!!!

Rakyat miskin sengsara karena harga bahan pokok naik, bukan karena harga BBM naik. Hal dibawah ini amat memungkinkan:

harga BBM naik => harga bahan pokok tetap => tidak ada dampak ke rakyat miskin

Tangkap maksud saya?

Konsentrasi kita harusnya ada pada bagaimana menekan kenaikan harga bahan pokok, dan bukannya pada kenaikan harga BBM. Lalu bagaimana bisa?

Ada cara berpikir logis yang sederhana:

harga BBM naik karena subsidi BBM dibatasi => harga bahan pokok tetap karena subsidi pangan dinaikan.

Yang perlu dilakukan pemerintah dan DPR sebenarnya sederhana, memindahkan alokasi subsidi kepada porsi yang tepat. Dibanding kita berdebat mengenai perlu tidaknya harga BBM bersubsidi naik, lebih baik kita berdebat mengenai cara menahan gejolak inflasi supaya rakyat miskin tidak sengsara.

So, siapa sekarang yang pro rakyat miskin?

Ada banyak negara yang menerapkan subsidi agrikultur, supaya harga bahan pangan pokok tetap stabil. Silakan di cek di sini: [LINK]

Masih pro harga BBM murah? Coba mari kita lihat berapa besaran alokasi subsidi di APBN 2012:
  • Subsidi BBM: 123,6 Trilyun
  • Dana bantuan sosial (beasiswa, PNPM Mandiri, PNPM Perdesaan, BOS madrasah, bencana alam, dll): 47,8 Trilyun
  • Subsidi listrik: 45 Trilyun
  • Bantuan Operasional Sekolah (BOS): 24 Trilyun
  • Subsidi pupuk: 16,9 Trilyun
  • Subsidi pangan: 15,6 Trilyun
  • Jampersal + Jamkesmas: 7,8 Trilyun
  • Subsidi benih: 280 Milyar
  • Subsidi air bersih: 30 Milyar
Bisa lihat sendiri kan bagaimana negara ini menghabiskan uangnya untuk subsidi BBM yang memanjakan mereka yang punya banyak uang.


Enter your email address:

Comments

adhegoblog said…
Tapi yg terjadi dimasyarakat kok ga gitu ya?

Kenyataan yg terjadi malah bbm ga jadi naik tapi harga beras, cabe, jagung, minyak goreng kok naik?
Arie Dia Fauzan said…
setuju bang.
Sebenernya masyarakat cuma takut sama kebutuhan bahan pokok yang naik.

Kalo memang benar pemerintah mengalokasikan dana subsidinya ke pangan , benih dan pupuk . Masyarakat tak perlu merisaukan kenaikan harga bahan pokok :)
Ahmad'S said…
ada beberapa hal yg menurut saya agak aneh..
bisa dijelaskan sumber apbn itu drmana?
coba kalau diteliti apbn secara keseluruhan beban subsidi bbm terhadap apbn secara keseluruhan tidak sampai 10%(cuma sekitar 8% klo g salah,saya taw info ini dari acara di metr* tv,lupa namanya..tp sejenis *lc di tv*ne).
yg paling membebani apbn klo g salah adalah biaya2 perjalan2 dinas ke luar negri(klo di apbn lupa namanya apa,saya liatnya jg di metr*tv..tentu dalam paket ini bukan hanya perjalanan dinas keluar negri ttp juga pengeluaran negara lainnya) yg sebesar 50% nan..
disitu kita bisa liat..apakah yg sbsidi yg "hanya" 8% bisa menjebol apbn?knp tidak memangkas yg 50%an utk dialokasikan ke subsidi bbm yg sekali lg "hanya" 8%?
dan apakah Anda dapat menjamin bahwa pemerintah akan melakukan subsidi lagi agar kebutuhan bahan pokok tidak ikut merangkak naik?kalau memang Anda memang bisa menjamin,atas dasar apa Anda bisa menjamin hal tersebut?
yg saya ketahui adalah pemerintah menyiapkan BLT bagi rakyat miskin sebagai konpensasi atas naiknya harga bbm.trs BLT ini sumbernya drmn?
yg perlu kita pahami sebenarnya adalah ada unsur politik dibalik kenaikan harga bbm ini.dan sepertinya akan mengulang kejadian seperti dlu ketika harga bbm 6000 dan diturunkan 3x.
banyak yg berkata knp kita perlu ikut2an naik kyak org luar negri?sedangkan luar negri udah mayoritas sejahtera.sedangkan negara kita bakal banyak yg g bisa makan gara2 imbas bbm naik.
Anda mgkn bisa setuju mengatakan bbm karena Anda tak merasa terbebani membeli bbm dgn harga berapapun dan tidak menjadi masalah terhadap efek apapun yg dibawa dgn naiknya harga bbm.
mengenai penjualan sepeda motor yg terus meningkat,apakah hal itu bs jadi patokan bahwa banyak org negara kita yg makmur?klo boleh taw brp harga motor baru yg paling murah?
mgkn kata2 saya banyak yg amburadul ato hanya bualan saja,tp ini adalah pendapat sy yg saya serap dr berbagai acara tv yg sudah menyesatkan..
sekian dr saya dan terima kasih.
Ferdi Z said…
"....sedangkan negara kita bakal banyak yg g bisa makan gara2 imbas bbm naik."

Oke, bagaimana ga bisa makannya, bisa diceritakan..?

…Tapi yasudahlah, itu pendapat Saudara, saya hormati. :)
Anonymous said…
udah ketebak, ujung2nya kl yg sifatnya ngebela rakyat kecil, itu yg duduk di atas2 gak kena kepret uang sampingan.