Scholarship! Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil percakapan dengan beberapa teman gue yang sudah berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Apa yang gue tulis hanya merupakan panduan secara garis besar dan untuk detail yang lebih khusus, gue sarankan untuk tidak bertanya pada gue tapi bertanya pada rekan kamu yang sudah berhasil, karena ini bukan pengalaman gue pribadi secara gue ga ngebet untuk kuliah di luar negeri karena gue punya prinsip "elo mau kuliah di Harvard sekalipun, ujung-ujungnya juga disuruh buka Google".
Kuliah di luar negeri adalah sesuatu yang menarik karena beberapa faktor, diantaranya karena kualitas pendidikan yang konon lebih baik. Hal ini sedikit banyak ada benarnya menurut gue dilihat dari pengalaman gue dengan dosen-dosen pas gue kuliah S1 dulu. Dosen-dosen lulusan luar negeri cenderung lebih berwawasan luas ketimbang dosen-dosen lulusan dalam negeri. Faktor lain tentunya adalah kesempatan untuk tinggal di luar negeri dan mendapatkan pengalaman baru yang pastinya beda dengan pengalaman berkuliah di dalam negeri. Selain itu ada faktor anggapan bahwa lulusan luar negeri akan mendapat gaji lebih besar ketimbang lulusan dalam negeri. Hal ini menurut gue hanya mitos saja kecuali kalau elo anak boss sehingga sepulang dari luar negeri langsung mendapat posisi tinggi di perusahaan bonyok.
Beasiswa dicari karena ada faktor ekonomi dan pemburu beasiswa umumnya mencari beasiswa karena kurang mampu secara finansial untuk membiayai pendidikannya. Untuk itu, bagi banyak mahasiswa dari keluarga kurang mampu atau pas-pas-an tentunya mendapatkan beasiswa itu seperti mendapatkan impian terkabul. Selain itu tidak sedikit dari para pemburu beasiswa yang berharap untuk bisa pindah ke negara lain demi mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Kelompok ini menurut saya tidak perlu dibantu karena jelas tidak nasionalis dan mengagung-agungkan negara lain ketimbang tanah air tercinta Indonesia. Mereka adalah kalangan oportunis yang akan menghalalkan segara cara untuk mendapatkan keuntungan dan semua koruptor awalnya berasal dari kalangan oportunis ini. *pasang perisai sebelum ditimpukin tomat*
Nah, yang seringkali dilupakan para pemburu beasiswa ialah perspektif pemberi beasiswa. Kenapa cinta loe ditolak, salah satunya ialah karena elo terlalu terbenam pada diri sendiri sehingga elo ga peka sama kebutuhan dan keinginan gebetan elo. Untuk dapatkan gebetan itu sebenarnya modalnya cuma 2: percaya diri dan riset. Kenapa riset? ya cari tahu dulu si doski sukanya apa, demennya apa, harapannya apa. Dari situ elo bisa hadir sebagai kekasih impian dia. Kalau doski ga suka bunga, mau elo tembak 100 kali pake bunga dari jenis mawar sampe raflessia, ya tetep bakalan akan ditolak. Dalam perkara berburu beasiswa, prinsip yang sama juga berlaku. Cobalah berpikir dari kacamata pemberi beasiswa dan bukan dari kacamata sebagai pemburu beasiswa.
Hal ini kelihat jelas ketika pemburu beasiswa ditanya soal apa alasan dia harus mendapatkan beasiswa dan bukan pemburu lainnya. Konon, jawaban yang paling banyak keluar ialah "karena saya tidak mampu secara ekonomi, jadi saya harus mendapatkan beasiswa ini". Itu adalah jawaban yang akan membuat file kamu langsung masuk ke kotak sampah detik itu juga. Kenapa jawaban itu gak laku? Lho koq pake nanya. Yang ngasih beasiswa itu bukan bokap elo jadi dia ga punya tanggung jawab untuk nyekolahin elo. Masih bingung? Sono, jedukin kepala dulu ke tembok 10 kali.
Yang perlu semua pemburu beasiswa ketahui ialah kalau scholarship is not a charity, beasiswa itu bukan amal, terutama ketika diberikan oleh sebuah badan yang punya agenda dan budget untuk melaksanakan agenda tersebut. Beasiswa yang diberikan pemerintah negara lain tentunya punya agenda dan alasan sehingga mereka rela habiskan jutaan dollar uang pembayar pajak negara mereka untuk nyekolahin anak dari negara lain. Emangnya di negara mereka semua bisa sekolah sampai tinggi? Emangnya di negara mereka sudah tidak ada lagi rakyat ga mampu yang harus dirawat negara? Apa justifikasi untuk program pemberian beasiswa untuk rakyat negara lain ketika di negara mereka sendiri masih ada anak putus sekolah? Coba deh renungkan ini baik-baik sehingga ngerti perspektif para pemberi beasiswa.
Semua program beasiswa punya motif dan agenda yang dibawa dan ini harus dimengerti oleh para pemburu beasiswa. Bahkan beasiswa yang diberikan oleh pihak swasta sekalipun punya motif dan agenda tersendiri, minimal untuk pencitraan perusahaan tersebut. Ketika pemburu berhasil mengerti apa motif dan agenda dari pemberi beasiswa, maka akan lebih mudah untuk mendapatkan beasiswa karena sudah tahu bagaimana menjawab semua pertanyaan interview dengan baik dan pas. Ketika pemberi beasiswa berhasil menemukan orang yang sesuai kriteria mereka dan bisa membawa misi yang mereka bawa, maka itu namanya jodoh.
Perlu diingat kalau pemberi beasiswa hanya tertarik dengan kandidat-kandidat yang mereka anggap potensial. Definisi potensial itu mungkin lebih gampangnya diterjemahkan sebagai influential (berpengaruh). Semakin berpengaruh seorang kandidat, semakin pemberi beasiswa ngebet untuk mendapatkannya. Kenapa harus yang influential? Ya karena ada motif dan agenda itu tadi. Ngapain ngasih beasiswa sama orang yang ga punya koneksi, pengaruh, dan dampak. Bener gak? Jadi ada kandidat-kandidat yang most wanted, yakni orang-orang yang sudah mempunyai pengaruh dan juga ada kandidat-kandidat yang diproyeksikan untuk mempunyai pengaruh di masa depan, entah lewat pekerjaan, jabatan, atau karya mereka. Kedua kelompok tersebutlah yang berpeluang besar dapatkan beasiswa. Jadi kalau ditanya mau jadi apa, bilang aja mau jadi presiden, soalnya presiden kan pengaruhnya gede banget. Tapi ga tahu ya apakah panitia seleksi percaya apa enggak kalo elo bisa jadi presiden, hehehehe.
Kesalahan klasik lainnya yang sering dilakukan pemburu beasiswa ialah mengatakan kalau mereka mau pindah atau kerja di negara pemberi beasiswa. Ini samalah kayak orang yang nembak gebetan dan mengatakan kalo dia mau jadian karena dia cinta mati ama tuh gebetan. That's pathetic, dude! Kalau nembak itu ngomong yang bener itu gini: "gue tahu kalo elo suka ama gue, dan guess what, gue juga suka ama elo. Gue mau ngajak elo jadian sekarang juga." dan ini punya probabilitas lebih besar untuk diterima cintanya. Dalam hal berburu beasiswa, pastikan untuk mengatakan seusai beasiswa, elo mau pulang ke Indonesia dan membuat dampak di masyarakat dengan skill yang elo pelajari pas kuliah di sana. Itu punch line yang lebih kena dan probabilitas untuk diterima jadi lebih gede.
Tentunya elo bakal butuh banyak persiapan lain seperti masalah administratif dan akademik. Untuk kedua hal tersebut udah banyak yang kasih referensi dan silakan googling sendiri. Pesan akhir gue cuma kalau berhasil nanti, jangan lupa kembali ke halaman blog ini dan mengucapkan terima kasih. So, good luck!
Related post:
Comments
Post a Comment