Apakah Dia Juga Mencintaiku?


Jika aku mampu
Memetik bintang-bintang untukmu
Akan ku selalu bahagia
Kan kupetik satu
Yang terindah di angkasa ini
Kusaji dalam hatimu
(Cuplikan lirik "Bukan Dirinya" oleh Magneto)

Ketika kita sedang jatuh cinta maka hati kita berbunga-bunga sehingga kita menenggelamkan diri kita dalam syair-syair cinta. Seluruh hidup kita cuma berpusat pada satu orang dan kita memikirkan dia seorang dari pagi hingga malam hingga pagi lagi. Perasaan ini begitu kuat sehingga kita tidak dapat melupakannya sedetikpun dari pikiran kita termasuk ketika kita tidur sehingga kita pun memimpikannya. Ketika kita makan, kita melihat wajahnya di piring. Ketika kita bekerja, dia selalu ada dalam benak kita. Hat ini selalu rindu padanya dan ketika kita bertemu maka hati ini begitu bahagia seolah ada background musik bermain dan kita ada di sebuah film.

Jatuh cinta dapat dikategorikan sebagai saat dimana kita mengalami emotional high, dimana perasaan hati begitu sensitif dan logika sehat kita tenggelam oleh kuatnya arus perasaan yang ada. Namun tidak semua orang mengalami jatuh cinta karena ada dalam cinta karena sebagian besar mengalami kasmaran dengan wujud yang tidak nyata, yakni khayalan mereka sendiri. Pribadi yang dirindukan bukanlah orang yang mencintai mereka namun begitu kuatnya bayangan itu sehingga pikiran membuat seolah orang tersebut benar mencintai kita. Kita tidak sadar kalau kita sedang berhalusinasi yang merupakan salah satu pratanda awal kegilaan (madness).

Bagi orang yang sedang jatuh cinta, mereka sulit dibuat sadar kalau mereka sedang tidak realistis karena begitu kuatnya faktor halusinasi berperan. Mereka hanya bertemu sebentar, namun serasa bertemu berhari-hari. Mereka membayangkan orang yang mereka cintai sebagai baik dan mencintai mereka balik padahal tidak. Apapun yang diucapkan target cinta mereka akan dianggap sebagai ungkapan cinta padahal isinya sudah jelas, “Gue suka sama orang lain.” Inilah lucunya orang yang sedang jatuh cinta. Ketika si target cinta curhat ke mereka kalau dia suka sama orang lain, malah diartikan sebagai “Ah dia cinta gue juga karena dia curhat ke gue”. Susah diselamatkan memang nih.

Hal ini dibuktikan dengan saya mendapatkan banyak email yang bertanya, “Apakah dia mencintaiku?” yang sebenarnya dari pertanyaan tersebut sudah jelas dapat disimpulkan bahwa jawabannya “Tidak” namun kita berusaha menghibur diri dalam halusinasi kita sambil berharap kalau jawabannya ialah “Ya”. Ketika 2 individu saling mencintai, maka hal itu terlihat jelas dalam kebersamaan, yakni menghabiskan waktu bersama sebanyak mungkin. Patut dicatat kalau hal ini berarti kebersamaan yang riil, alias benar-benar bertemu, dan dapat dikalkulasi dalam hitungan jam. Kalau cuma bertemu 10 menit, itu namanya bukan saling mencintai karena ketika saling mencintai ngobrol 4 jam akan terasa seperti 10 menit, bukan kebalikannya. Ketika 2 individu saling mencintai, mereka tidak ingin terpisah, sehingga akan berusaha bertemu sebanyak mungkin. Ketika cinta bertepuk sebelah tangan, maka yang terjadi yakni satu orang galau sedang yang lain sibuk beraktivitas. (Baca juga: Escaping The Unlovable Feeling)

Jatuh cinta dengan orang yang juga jatuh cinta kepada kita adalah keindahan, namun jatuh cinta dengan imaginary figure adalah sebuah kesesatan. Ketika 2 individu saling mencintai, maka hal tersebut adalah sebuah hubungan. Ketika cinta tidak bersambut, maka besar kemungkinan kita tidak sedang jatuh cinta dengan dia tapi jatuh cinta dengan bayangan sosok yang mencintai kita. Kita pikir kita mengenal dia, padahal tidak. Bayangan tersebut adalah musuh berbahaya yang harus kita hancur lenyapkan. Ketika kita ditolak cintanya, hati kita sakit, ingin mati rasanya. Setelah beberapa waktu, kita merasa sudah move on, lalu jatuh cinta lagi pada sosok yang lain, namun wujudnya tetap bayangan. Yang sebenarnya terjadi ialah kita sedang berharap dicintai oleh bayangan tersebut dan dia akan tampil dalam banyak wujud, namun pesannya tetap sama: kita ingin dicintai. (Baca juga: Cinta Ini Membunuhku, Yikes!)

Siapakah bayangan itu? Sebenarnya bayangan itu tidak lain adalah siluman diri kita sendiri. Lalu dari mana asal harapan untuk dicintai yang membuat kita galau? Asalnya dari kegagalan kita untuk mencintai diri kita sendiri sehingga kita merasa rendah diri dan butuh figur kuat untuk mengangkat kita kembali ke angkasa. Kunci kesembuhan ada pada mengampuni diri kita sendiri, menerima diri sendiri apa adanya, dan menyadari bahwa kita adalah pribadi yang utuh. Ketika kita merasa kalau kita adalah pribadi yang separuh, kita pikir kita tidak mampu hidup tanpa orang lain, yakni sosok bayangan tersebut. Hal ini adalah dusta, karena setiap dari kita sebenarnya adalah pribadi yang utuh yang mampu untuk mencintai diri sendiri dan orang lain.

Nilai diri kita sebenarnya tidak ditentukan oleh orang lain, tapi oleh diri kita sendiri. Ketika kita memandang diri kita sebagai berharga, maka dunia akan menghargai kita. Ketika kita menganggap diri kita hanyalah sampah, maka dunia juga akan menganggap kita sampah. Kunci pintu gerbang untuk orang lain dapat mencintai kita ialah dengan kita mencintai diri kita sendiri terlebih dahulu. Dengan kita melihat diri kita sebagai pribadi yang utuh, kita tidak membutuhkan orang lain untuk membuat kita bahagia. Dalam hidup, pribadi yang utuh inilah yang akan mendapatkan cinta orang lain. Mengapa? Karena mereka menjalani hidup mereka dengan semangat dan kegairahan, sehingga menjadi magnet untuk individu-individu lain untuk merapat. Kita bebas memilih mau meratap dalam kegalauan atau mau menikmati hidup. (Baca juga: Pelajaran Cinta Dari The Amazing Race)

Enter your email address below:

Comments

Sendy said…
Cerita yang mengispirasi.
Cinta adalah seni, setuju?